Dua metode yang
menjelaskan bagaimana perilaku dapat mempengaruhi sikap adalah metode
aksi-tindakan (action-attitude) dan metode kognitif-disonansi
(cognitive-dissonance).
- Metode aksi-tindakan
(action-attitude) adalah suatu teori yang menyatakan bahwa perilaku
seseorang dapat mempengaruhi sikapnya. Dalam hal ini, seseorang yang
melakukan tindakan yang berbeda dengan sikap yang dimilikinya akan
cenderung merubah sikapnya agar sesuai dengan tindakannya. Sebagai contoh,
jika seseorang sebelumnya memiliki sikap negatif terhadap berolahraga,
namun kemudian memutuskan untuk berolahraga secara teratur, maka sikapnya
terhadap olahraga tersebut kemungkinan besar akan menjadi lebih positif.
- Metode kognitif-disonansi
(cognitive-dissonance) adalah suatu teori yang menyatakan bahwa
ketidaksesuaian antara keyakinan atau sikap seseorang dan perilakunya
dapat menyebabkan rasa tidak nyaman yang disebut sebagai disonansi
kognitif. Dalam hal ini, seseorang cenderung untuk merubah sikapnya agar
sesuai dengan tindakannya. Sebagai contoh, jika seseorang memiliki sikap
positif terhadap lingkungan dan merasa penting untuk menjaga kebersihan
lingkungan, namun kemudian membuang sampah sembarangan di jalan, maka
disonansi kognitif mungkin terjadi. Untuk mengurangi rasa tidak nyaman
tersebut, orang tersebut cenderung akan merubah sikapnya agar lebih sesuai
dengan perilakunya yang baru saja dilakukan, seperti dengan berjanji untuk
tidak membuang sampah sembarangan lagi.
Dalam lingkungan
sehari-hari, contoh dari metode aksi-tindakan adalah ketika seseorang yang
awalnya merasa takut naik roller coaster, namun kemudian mencoba untuk naik
roller coaster dan menikmati pengalaman tersebut, maka sikapnya terhadap roller
coaster akan berubah menjadi lebih positif. Contoh dari metode
kognitif-disonansi adalah ketika seseorang yang merokok meskipun tahu bahwa
merokok dapat merusak kesehatan, akan cenderung mencari justifikasi untuk
perilakunya tersebut, seperti dengan mengatakan bahwa merokok hanya sesekali
atau merokok tidak terlalu banyak. Namun, jika orang tersebut tidak dapat
menemukan justifikasi yang memadai, maka disonansi kognitif dapat terjadi dan
menyebabkan perubahan sikap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar